Selasa, 24 Mei 2016

Distribusi Binomial

DISTRIBUSI BINOMIAL
Sering dalam berbagai macam permasalahan peluang hanya memiliki dua kemungkinan hasil atau dapat disederhanakan menjadi dua kemungkinan. Sebagai contoh, ketika suatu koin dilempar, maka kita akan mendapat angka atau gambar. Ketika seorang bayi lahir, maka seorang bayi tersebut merupakan bayi laki-laki atau perempuan. Dalam permainan bola basket, tim yang bermain bisa menang atau kalah. Keadaan benar/salah tersebut dapat dijawab dengan dua cara, yaitu benar atau salah. Kondisi-kondisi lainnya dapat disederhanakan untuk menghasilkan dua kemungkinan. Sebagai contoh, suatu pengobatan medis dapat diklasifikasikan sebagai efektif atau tidak efektif, tergantung hasilnya. Seseorang dapat dikategorikan memiliki tekanan darah normal atau tidak normal, tergantung dari pengukuran tekanan darahnya. Pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda, walaupun memiliki empat atau lima pilihan jawaban, dapat diklasifikasikan menjadi benar atau salah. Kondisi-kondisi yang telah dicontohkan tersebut dinamakan percobaan binomial.
Pada pembahasan ini kita akan membahas beberapa hal mengenai distribusi binomial, yaitu:
  • Percobaan binomial
  • Pengertian distribusi binomial.
  • Rumus peluang binomial.
  • Menghitung peluang binomial dengan tabel.
  • Rata-rata, varians, dan simpangan baku untuk distribusi binomial.


Percobaan binomial merupakan suatu percobaan yang memenuhi empat syarat berikut:
  1. Terdapat n kali percobaan.
  2. Masing-masing percobaan hanya dapat menghasilkan dua kemungkinan, atau hasil yang diperoleh dapat disederhanakan menjadi dua kemungkinan. Hasil yang diperoleh tersebut dapat dianggap sebagai hasil yang sukses atau gagal.
  3. Hasil dari masing-masing percobaan haruslah saling bebas.
  4. Peluang untuk sukses harus sama untuk setiap percobaan.

Suatu percobaan binomial dan hasilnya memberikan distribusi peluang khusus yang disebut sebagai distribusi binomial.
Hasil-hasil percobaan binomial dan peluang yang bersesuaian dari hasil tersebut dinamakan distribusi binomial.
Dalam percobaan binomial, hasil-hasilnya seringkali diklasifikasikan sebagai hasil yang sukses atau gagal. Sebagai contoh, jawaban benar suatu pertanyaan pilihan ganda dapat diklasifikasikan sebagai hasil yang sukses, sehingga pilihan jawaban lainnya merupakan jawaban yang salah dan diklasifikasikan sebagai hasil yang gagal. Notasi-notasi yang umumnya digunakan dalam percobaan binomial dan distribusi binomial adalah sebagai berikut.
Notasi Keterangan
P(S) Simbol untuk peluang sukses.
P(F) Simbol untuk peluang gagal.
p Peluang sukes.
q Peluang gagal.
  P(S) = p dan P(F) = 1 – p = q
n Banyaknya percobaan
X Banyaknya sukses dalam n kali percobaan
Perhatikan bahwa 0 ≤ Xn dan X = 0, 1, 2, 3, …, n.
Peluang sukses dalam percobaan binomial dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Rumus Peluang Binomial
Dalam suatu percobaan binomial, peluang untuk mendapatkan tepat X sukses dalam n percobaan adalah
Rumus peluang binomial

Untuk mengetahui bagaimana ilustrasi dari rumus peluang binomial tersebut bermula, perhatikan Contoh 1 berikut.
Contoh 1: Melempar Koin
Suatu koin dilempar sebanyak tiga kali. Tentukan peluang mendapatkan tepat dua angka.

Pembahasan Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan melihat ruang sampelnya. Ruang sampel dari pelemparan satu koin sebanyak tiga kali adalah
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, GGA, GAG, AGG, GGG}
Dari ruang sampel, kita dapat melihat bahwa ada tiga cara untuk mendapatkan tepat dua angka, yaitu AAG, AGA, dan GAA. Sehingga peluang kita mendapatkan tepat dua angka adalah 3/8 atau 0,375.
Dengan melihat kembali Contoh 1 dari sudut pandang percobaan binomial, maka contoh tersebut memenuhi keempat kriteria percobaan binomial.
  1. Terdapat tiga kali percobaan.
  2. Setiap percobaan hanya memiliki dua kemungkinan, yaitu angka (A) atau gambar (G).
  3. Hasil dari masing-masing percobaan saling bebas (hasil dari suatu pelemparan tidak mempengaruhi hasil pelemparan lainnya).
  4. Peluang percobaan sukses (angka) adalah ½ di setiap percobaannya.
Dalam kasus ini, n = 3, X = 2, p = ½, dan q = ½. Sehingga dengan mensubstitusi nilai-nilai tersebut ke dalam rumus, kita mendapatkan
P(2 angka)
Jawaban tersebut sama dengan jawaban kita sebelumnya yang menggunakan ruang sampel.
Contoh 1 tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan rumus peluang binomial. Pertama, perhatikan bahwa terdapat tiga cara untuk mendapatkan tepat dua angka dan satu gambar dari delapan kemungkinan. Ketiga cara tersebut adalah AAG, AGA, dan GAA. Sehingga, dalam kasus ini banyaknya cara kita mendapatkan dua angka dari pelemparan koin sebanyak tiga kali adalah 3C2, atau 3. Secara umum, banyak cara untuk mendapatkan X sukses dari n percobaan tanpa memperhitungkan urutannya adalah
C(n, X)
Ini merupakan bagian pertama rumus binomial. (Beberapa kalkulator dapat digunakan untuk menghitung kombinasi tersebut).
Selanjutnya, masing-masing sukses memiliki peluang ½ dan muncul sebanyak dua kali. Demikian juga masing-masing gagal memiliki peluang ½ dan muncul sekali. Sehingga akan memberikan,
Bag 2 Rumus
pada rumus binomial. Sehingga apabila masing-masing percobaan sukses sukses memiliki peluang p dan muncul X kali serta peluang gagalnya adalah q dan muncul nX kali, maka dengan menuliskan peluang percobaan sukses kita akan mendapatkan rumus binomial.

Kamis, 19 Mei 2016

FPB & KPK

1.      FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)

Kita telah mengetahui bahwa semua faktor bulat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30. Sedangkan semua faktor bulat positif dari 45 adalah 1,3,5,9,15,45. Maka faktor-fakto perskutuan dari 30 dan 45 adalah 1,3,5, dan 15. Dan faktor persekutuan terbesar dari 30 dan 45 adalah 15. Secara umum, pengertian tentan faktor persekutuan dari dua bilangan bulat dituiskan sebagai definisi berikut ini :

Definisi 2.2 :
Jika a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, maka bilangan bulat d disebut faktor persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika d|a dan d|b.
Karena 1 adalah pembagi (faktor) dari setiap bilngan bulat, maka 1 adalah faktor persekutuan dari dua bilangan bulat sembarang a dan b. Jadi himpunan faktor persekutuan dari a dan b tidak pernah kosong.

Setiap bilangan buat kecuali nol selalu membagi nol, sehingga jika a = b = 0, maka setiap bilangan bulat merupakan faktor persekutuan dari a dan b. Dalam hal ini, himpunan semua faktor persekutuan bulat positif dari a dan b merupakan himpunan tak hingga.
Apabila sekurang-kurangnya satu dari a dan b tidak sama dengan nol, maka himpunan semua faktor persekutuan bulat positif dari a dan b merupakan himpunan berhingga. Sehingga mesti ada anggota dari himpunan tersebut yang terbesar dan disebut faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b. Secara formal, hal tersebut dinyatakan sebagai definisi berikut ini :

Definisi 2.3
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang skurang-kurangnya satu diantaranya tidak sama dengan nol, maka faktor persekutuan terbesar (FPB)  dar a dan b diberi simbol “(a,b)” adalah suatu bilangan bulat positif, misalnya d, yang memenuhi :
(i)                 d|a dan d|b, serta
(ii)               jika e|a dan e|b, maka e≤d.

Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa jika (a,b) = d, maka d=1. Dan apabila ada faktor persekutuan lain, misalnya e,  maka e = d.
Contoh 2.2
·         Faktor-faktor bulat positif dari -12 adalah 1,2,3,4,6,12.
·         Faktor-faktor bulat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30.
·         Maka faktor-faktor persekutuan yang positif dari -12 dan 30 adalah 1,2,3,6.
·      Jadi faktor persekutuan terbesar dari -12 dan 30 adalah 6, atau dapat ditulis secara  singkat sebagai (-12,30) = 6.

Selanjutnya dengan mudah dapat dtunjukkan bahwa (-5,5) = 5 ; (8,15) = 1; (8,-36)=4; (-6,-42)=6. Perhatikan bahwa (30,105) = 15 dan (30:15,105:15) = (2,7) = 1. Apabila (a,b) = d, apakah (a:d, b:d) = 1?
Misalkan (a:d,b:d)=c maka c ≥ 1 dan c | (a:d) dan c | (b:d).
c | (a:d) maka ada bilangan bulat m, sehingga a : d = mc atau a = mcd.
c | (b:d) maka ada bilangan bulat n, sehingga b : d = nc atau b = ncd.
Karena a = mcd dan b = ncd, maka cd adalah faktor persekutuan dari a dan b.
Karena (a,b) = d, maka cd ≤ d, yaitu c ≤ 1, sebab d suatu bilangan bulat positif.
Karena c ≥ 1 dan c ≤ 1, maka c = 1. Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini :

Teorema 2.6
 Jika (a,b) = d, maka (a:d, b:d) = 1
Apabila a dan b dua bilangan bulat positif dengan (a,b) = 1, maka dikatakan bahwa a dan b saling prima atau a prima relatif terhadap b.
            Misalkan a dan b dua bilangan bulat dengan a > 0, maka b dibagi oleh a akan memberikan hasilbagi dan sisa pembagian. Hal ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini dan terkenal dengan nama Algoritma Pembagian.

Teorema 2.7
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan  a > 0, maka ada dengan tunggal pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi b = qa + r, dengan 0 ≤ r < a.
Bilangan-bilangan bulat q dan r dalam teorema ini berturut-turutdisebut hasilbagi dan sisa dalam pembagian b oleh a.
Maka teorema tersebutdapat diperluas untuk a < 0, sehingga diperoleh akibat sebagai berikut:
Akibat : Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan b ≠ 0, maka ada dengan tunggal pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikian hingga b = aq + r dengan 0 ≤ r < |a|.

Teorema 2.8
Jika b = aq + r, maka (b,a) = (a,r)
Dengan menggunakan teorema ini, memudahkan kita untuk menghitung faktor persekutuan tebesar dari sembarang bilangan bulat, meskipun bilangan-bilangan bulat tersebut cukup besar.

Teorema 2.9
Apabila a dan b bilangan-bilangan bulat tidak nol, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sedemikian hingga ax + by =  (a,b)


Teorema 2.10
Apabila a dan b dua bilangan bulat tidak nol, maka a dan b saling prima jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan bulat x dan y yang mmenuhi ax + by = 1.
Dari teorema 2.10 tersebut dinyatakan sebagai berikut :
Akibat : Jika a | c dan b | c dengan (a,b) = 1, maka ab | c.


2.      FAKTOR PERSEKUTUAN KECIL (KPK)
Misalnya, kelipatan bulat positif dari 3 adalah 3,6,9,12,15,18, . . .
Kelipatan bulat positif dari 4 adalah 4,8,12,16, 20, 24, 28, . . .
Maka kelipatan persekutuan dari 3 dan 4 adalah 12, 24, 36, 48, . . .
Selanjutnya istilah “kelipatann bulat posoitif” hanya dikatakan lebih singkat menjadi “kelipatan” saja. Selanjutnya secara umum pengertian kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat dinyatakan dalam definisi berikut ini:

Definisi 2.4
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat. m adalah kelipatan persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika a | m dan b | m.
Nol adaah suatu kelipatan persekutua dari a dan b. Ab dan –ab masing-masing juga merupakan suatu kelipatan persekutuan dari a dan b. Jadi himpunan semua keipatan persekutuan ulat positif dari a dan b tdak ernah sama dengan himpunan kosong.
Himpun semua kelipatan bulat positif dari 6 adalah (6,12,18,24....)
Himpunan semua kelipatan bulat positif dari -9 adalah (9,18,27,36,...)
Jadi himpunan semua kelipatan persekutuan dari 6 dan -9 adalah (18,36,54,72, . . .)
Sehingga kelipatan persekutuan terkecil dari 6 dan -9 adalah 18.
Ingat bahwa dalam himpunan bagian dari himpunan-himpunan bilangan bulat positif selalu mempunyai anggota terkecil. Sehingga KPK dari setiap ilangan bulat selalu ada.
Secara formal, KPK dari dua bilangan bulat didefinisiskan sebagai berikut :

Definisi 2.5
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan bulat tidak  nol a dan b adalah suatu bilangan bulat positif m ditulis (a,b) = m, apabila memenuhi :
(i)                 a | m dan b | m,
(ii)               Jika a | c dan b | c maka m ≤ c.

Dalam definisi ini dapat dimengerti bahwa kelipatan dari setiap dua bilangan bulat yang tidak 0 selalu merupakan suatu bilangan bulat positif. Dalam (i) pada definisi itu mengatakan bahwa masing-masing dari dua bilangan itu membagi kelipatan persekutauan terkecilnya. Sedangkan (ii) mengatakan bahwa kelipatan persekutuan lainnya tidak lebih kecil dari (KPK) dari dua bilangan itu.


Contoh 2.5
[6,8] = 24, maka 6 | 24 dan 8 | 24.
Kelipatan persekutuan yang lain, misalnya 48, 72, 96, . . . masing-masing lebi besar dari 24.

Perhatikan pada contoh diatas, yaitu himpunan semua kelipatan persekutuan bulat positif dari 6 dan -9 adalah {18,36,54,72, . . .} dan KPK dari 6 dan -9 adalah 18 atau ditulis [6,-9] = 18. Tampak disini bahwa semua kelipatan perekutuan dari 6 dan -9 selalu terbagi oleh 18. Hal ini dapat dikaitkan bahwa setiap kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat selalu terbagi oleh KPK dari dua bilangan tersebut. Hal ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini :

Teorema 2.12
Jika c adalah suatu kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat tidak nol a dan b, maka KPK dari a dan b membagi c, yaitu (a,b) | c.
Bukti :
Misalkan [a,b] = m, maka harus ditunjukkan bahwa m | c. Andaikan m | c, maka menurut algoritma pembagian, ada bilangan bulat q dan r sedemikian hingga : c = qm + r dengan 0 < r <  m.
Karena c adalah kelipatan persekutuan dari a dan b, maka a | c dan b | c.
Karena [a,b] = m maka a | m dan b | m.
A | m maka a | qm dan a | c, maka a | (c-qm).
Ini berarti a | r.
Demikian pula b| m maka b | qm dan karena b | c, maka b | (c-qm).
Berarti b | r.
Karena a | r dan b | r maka r adalah kelipatan persekutuan dari a dan b.
Tetapi karena [a,b] = m dan 0 < m < r, maka hal tersebut tidak mungkin (kontradiksi). Jadi pengandaian diatas tidak benar, berarti m | c atau [a,b] | c.

Perhatikan bahwa [6,9] = 18 dan [2.6, 2.9] = [12,18] = 36.
Tampak bahwa [2.6,2.9] = 2 [6,9]. Hal ini memberikan ilustrasi dari teorema berikut ini :

Teorem 2.11
Jika c > 0, maka [ca,cb] = c [a,b]
Bukti :
Misalkan [a,b] = d, maka a | d dan b | d sehingga ac | dc dan bc | dc. Hal ini berarti dc adalah kelipatan dari persekutuan ac dan bc. Dan menurut teorema 2.10, maka [ac, bc] | dc.
Karena [ac,bc] adalah suatu kelipatan dari ac, maka [ac,bc] adalah suatu kelipatan dari c. Misalkan [ac, bc] = mc, maka mc | sehingga m | d. Karena [ac, bc] = mc, maka ac | mc dan bc | mc, sehingga a | m dan b| m, dan menurut teorema 2.12 maka [ab] | m, yaitu d | m dan karena m | d, maka d = m. Sehingga dc = mc, yaitu c [ab] = [ac, bc].


Contoh 2.6 :
(1)   [105, 45] = [15.7,15.3]
    = 15[7,3]
    = 15.21
    = 315
(2)   [18,30]  = [6.3, 6.5]
  = 6 [3,5]
  = 6.15
  = 90

Mengingat teorema tersebut, maka dengan mengeluarkan faktor persekutuannya akan mmpermudah dalam mencari KPKnya.
Jika (a,b) = 1, berapakah [ab] ? apakah [ab]=ab?
Kita tunjukkan sebagai berikut :
Jelas bahwa ab adalah suatu kelipatan persekutuan dari a dan b, menurut teorema 2.12, maka [ab] | ab. Dilain pihak, menurut akibat dari teorema 2.10, karena a | [ab] dan b | [ab] dengan (ab) = 1 maka ab | [ab] dan karena [ab] | ab, maka disimpulkan [ab] = ab.
Selanjutnya, apabila (ab) = d, maka (  , ) = 1.
Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka [  , ] =  .
Jika kedua ruas dikalikan maka diperoleh bahwa :
[  , ]          = ab
d [a,b]              = ab
(a,b)[a,b]       = ab



Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini :
Teorema 2.12
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang keduanya positif, maka :
(a,b) [a,b] = ab

Contoh 2.7
      (1)   (16,20) = 4, dan [16,20] = 80
(16,20) [16,20] = 4.80 = 320 = 16.20
      (2)   (25,18) = 1, dan [25,18] = 450
(25,18) [25,18] = 1.450 = 25.18


3.      BILANGAN PRIMA
A.    Definisi :
Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan tidak mempunyai faktor bulat positif kecuali 1 dan bilangan bulat itu sendiri disebut bilangan prima.Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan komposit.
B.     Teorema-teorema bilangan bulat :
1.      Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima
2.      Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dinyatakan sebagai suatu perkalian bilkangan-bilangan prima.
3.      Jika suatu bilangan komposit,maka n memiliki faktor k dengan 1<k≤
4.      Jika suatu bilangan bulat positif n tidak memiliki faktor prima p dengan 1<p≤
  
4.      FAKTORISASI TUNGGAL

Pada sesi ini akan dipelajari bahwa pemfaktoran suatu bilangan bulat positif atas faktor- faktor prima adalah tunggal, sehingga kita mengenalnya sebagai faktorisasi tunggal.
Teorema faktorisasi tunggal :
1.      Teorema 4.5 Jika p suatu bilangan prima dan p│ab, maka p│a atau p│b
2.      Teorema 4.6 Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas faktor-faktor prima adalah tunggal, kecuali urutan dari faktor-faktornya.
3.      Teorema 4.7 Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga.
4.      Teorema 4.8 Dalam suatu barisan bilangan prima, jika pn menyatakan bilangan prima ke-n, maka pn ≤ 22n-1
suatu kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat tidak nol a dan b,maka KPK dari a dan b membagi c yaitu (a,b) | c

2. Jika c > 0,maka (ca,cb) = c (a,b)